1. Pengertian
pH
atau derajat keasaman digunakan
untuk menyatakan tingkat keasaman (atau ke basaan yang dimiliki oleh suatu
larutan. Yang
dimaksudkan “keasaman” di sini adalah konsentrasi ion hidrogen(H+)
dalam pelarut air. Nilai
pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral
apabila memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7 menunjukkan larutan memiliki sifat
basa, sedangkan nilai pH<7 menunjukan keasaman.
Nilai pH 7
dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion OH-
terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7 pada
kesetimbangan. Penambahan senyawa ion H+ terlarut dari suatu
asam akan mendesak kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan diikat oleh H+
membentuk air). Akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan
konsentrasinya.
2. Sejarah
Konsep pH pertama
kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark
Søren Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah
diketahui dengan pasti makna singkatan "p" pada "pH".
Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari singkatan untuk powerp
(pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada
pula yang merujuk pada kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah
karya ilmiah pada tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah
tetapan yang berarti "logaritma
negatif".
3. Konsep pH
Konsentrasi ion H+
dalam larutan disebut derajat keasaman (pH). Rumus pH dituliskan sebagai
berikut :
Untuk air murni pada temperatur
25 °C :
[H+] = [OH-] = 10-7
mol/L
Sehingga pH air murni = – log 10-7
= 7
Atas dasar pengertian ini, maka :
·
Jika pH=7 maka larutan bersifat netral
·
Jika
pH<7 maka larutan bersifat asam
·
Jika
pH>7 maka larutan bersifat basa
·
Pada
suhu kamar pKw = pH + pOH = 14
Telah
disinggung dalam pembahasan sebelumnya bahwa asam terbagi menjadi dua, yaitu
asam kuat dan asam lemah. Begitu juga pada larutan basa terbagi menjadi dua,
yaitu basa kuat dan basa lemah. Pembagian ini sangat membantu dalam penentuan
derajat keasaman (pH).
4.
Asam kuat
Disebut
asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1).
Untuk menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
Contoh
soal:
v Hitung pH larutan dari 100 ml
larutan 0.01 M HCl!
Jawab:
Maka pH Hcl adalah 2.
v Hitung pH larutan dari 2 liter
larutan 0.1 mol asam sulfat!
Jawab:
Maka pH H2SO4 adalah 1.
5.
Asam Lemah
Disebut
asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠
1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat).
Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan menghitung konsentrasi [H+]
terlebih dahulu dengan rumus :
Ca
= konsentrasi asam lemah
Ka
= tetapan ionisasi asam lemah
Contoh
soal:
ü
Hitunglah
pH dari 0,025 mol CH3COOH dalam 250 mL larutannya, jika Ka
= 10-5!
Jawab:
6. Basa kuat
Disebut
basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1).
Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai
pOH dari konsentrasi basanya.
Contoh
soal:
o
Hitung
pH dari 100 mL larutan KOH 0,1 M !
Jawab:
o
Hitung
pH dari 500 mL larutan Ca(OH)2 0,01 M !
Jawab:
7. Basa Lemah
Disebut
basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi
OH- tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya
(seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus
:
Cb
= konsentrasi basa lemah
Kb
= tetapan ionisasi basa lemah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tambahkan komentar anda